Asmak Birhatiyyah TK 6 | Manfaat, Bahaya,dan Khasiatnya

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.Selamat datang kembali di Testimbahsalim, semoga setiap langkah panjenengan selalu dilapangkan dan diberkahi Allah.Amin.
Nah buat saudaraku, setelah kita sama-sama melewati perjalanan dari tingkat 1 sampai tingkat 26,sekarang kita menginjak satu pintu terakhir, yaitu tingkat 6. Tingkat yang tidak semua orang bisa sampai di sini. Karena bukan hanya soal hafalan amalan, tapi soal siap atau tidaknya ruhani menanggung daya besar yang dikandung dalam Asmak Birhatiyyah.
Di tingkat ini, semua ilmu yang sebelumnya sudah dibuka, akan terasa lebih padat, lebih berat, sekaligus lebih halus. Seperti mengendapnya madu di dasar gentong. Asmak di tingkat 6 ini bukan hanya bicara soal membentengi diri, melindungi dari gangguan gaib, atau mendatangkan rezeki. Tapi sudah menyentuh ke wilayah pemurnian batin, ketajaman mata hati, bahkan kekuatan ruhani untuk menghadapi ujian yang kadang tak masuk akal.
Kalau di tingkatan sebelumnya energi asmak masih terasa di badan, di tingkat 6 ini, energi itu terasa di batin. Kadang membuat hati tiba-tiba tenang di tengah kekacauan. Kadang membuat mulut mampu berkata seperlunya saat semua orang kehilangan kata-kata. Kadang membuat tangan dan langkah terasa diarahkan tanpa perlu dipikir berat.
Tapi tetap, jalannya bukan jalan pintas. Di tingkat ini, pengamal harus lebih hati-hati. Tidak boleh sekadar ingin tahu, tidak boleh sekadar iseng. Karena setiap bacaan Asmak Birhatiyyah yang dilantunkan di tingkatan ini, ibarat mengetuk pintu langit. Kalau niatnya murni, pintu itu terbuka. Tapi kalau niatnya bengkok, malah bisa terpental jauh.
Tingkat 6 ini bukan tentang pamer kekuatan. Bukan tentang bisa melihat yang kasat mata. Tapi tentang bagaimana mengendalikan kekuatan dalam diri dengan penuh rendah hati. Seperti air yang makin dalam, makin tenang. Seperti langit yang makin tinggi, makin sunyi.Di tingkat 6 ini, masuklah kita ke bagian amalan yang makin halus tapi makin dalam manfaatnya.
Asmak ke 27 :
طُوْنَشٍ
Thuunasyin. Artinya Yang Maha Mulya. Caranya, bila punya hajat kepada Allah Ta’ala, bacalah Thuunasyin sebanyak 80 kali, sesudah sholat Isya. Tapi cara bacanya bukan sambil duduk biasa. Harus dalam keadaan sujud syukur.
Sujudlah, lalu bacalah Thuunasyin satu-satu sampai genap 80 kali. Habis itu, mohonlah apa saja yang jadi keinginanmu. Baik itu rezeki, jodoh, keturunan, jalan keluar dari masalah hidup, atau urusan dunia dan akhirat.
Kalau amalan ini dikerjakan dengan rutin, setiap malam setelah Isya’, sabar dan istiqamah,pengamalnya akan tahu sendiri manfaatnya. Akan datang kejutan-kejutan rezeki, pertolongan dari arah yang tidak disangka-sangka. Yang niat sungguh-sungguh, lambat laun hatinya makin tajam membaca tanda-tanda pertolongan Allah.
Amalan ini tidak butuh banyak omong. Tidak butuh diumbar ke orang lain. Hanya butuh ketekunan. Karena sujud syukur itu bukan sekadar membungkukkan badan ke tanah. Tapi tanda tunduk total kepada-Nya.
Masuk ke Asmak ke 28
شَمْخَابَارُوْخٍ
SyamKhooBaaruuKhin.Artinya Yang Maha Kuasa Lagi Mulya.Kalau punya keperluan besar, entah urusan pekerjaan, bisnis, lamaran, perdamaian, atau apapun yang penting dalam hidup, jangan asal main terobos. Sebelum bergerak lahiriah, perkuat dulu batin. Caranya:Baca SyamKhooBaaruuKhin satu kali, lalu baca surat Yasin satu kali.
Habis itu, ulangi lagi: baca SyamKhooBaaruuKhin satu kali, lanjut surat Yasin satu kali.Begitu terus, sampai 35 kali pengulangan. Jadi, total bacaan SyamKhooBaaruuKhin 35 kali, dan surat Yasin 35 kali.
Ini bukan buat gaya-gayaan. Ini bukan buat cari keajaiban instan. Ini cara untuk memantapkan hati, menguatkan niat, dan mengetuk pintu langit dengan ketulusan.Kalau sudah selesai semua bacaan itu, baru berangkat mengurus keperluan dunia. Tapi berangkatnya dengan dada lapang, hati tenang, dan kaki mantap. Karena penguatnya sudah disiapkan dari dalam.
Dan kalau jalannya masih belum langsung terbuka, jangan ngeluh. Kadang Allah sengaja menunda bukan karena tak mau memberi, tapi supaya hati kita makin bulat, supaya batin kita makin dewasa dalam berharap.
Ingat baik-baik, Asmak Birhatiyyah di tingkat ini bukan lagi sekadar tameng diri. Tapi sudah jadi jalan untuk menghubungkan jiwa dengan takdir yang baik.Kalau benar jalannya, benar niatnya, benar amalannya, Insya Allah, segala yang diikhtiarkan tidak akan sia-sia.
Demikianlah, catatan yang saya uraikan soal Asmak Birhatiyyah dari tingkat 1 sampai tingkat 6. Kalau ada yang berpikir mau nyoba amalan ini, sebaiknya dipahami baik-baik: asmak ini bukan buat main-main. Salah pakai, salah niat, bisa jadi bumerang balik kena diri sendiri.
Kalau diamalkan untuk hal-hal yang baik, Insya Allah, walaupun jalannya tidak selalu mulus, pasti Allah bukakan jalan kemuliaan. Tapi kalau niatnya sudah melenceng, pengen sakti, pengen ditakuti, pengen pamer, jangan salahkan siapa-siapa kalau nanti jalan hidup jadi aneh. Itu sudah hukum alam.
Dalam dunia ilmu leluhur, apapun itu, selalu ada dua sisi. Yang baik diuji dengan kesulitan. Yang buruk digoda dengan kemudahan. Kadang, yang niatnya lurus malah dikasih jalan yang terjal. Sedangkan yang niatnya bengkok dikasih jalan lapang. Itu semua ujian. Yang tahan diuji, naik derajat. Yang jatuh tergoda, ya... habis di tengah jalan.
Konon, Asmak Birhatiyyah ini pernah jadi amalan para orang pilihan. Termasuk konon diamalkan juga oleh Nabi Sulaiman 'alayhis salam. Tapi kita orang kecil, jangan besar kepala. Cukuplah mengamalkan sekadarnya, secukupnya, seperlunya. Tidak perlu lebay. Tidak perlu gaya.
Saya pribadi bukan guru. Bukan mursyid.cuma orang biasa, sama seperti panjenengan semua.Yang ngamal ini pun bukan karena dapet ijazah khusus, tapi dapet dari karunia Allah lewat jalan umum: membaca kitab-kitab lama, belajar pelan-pelan,ngamal sambil mbangun keyakinan.
Kalau ada yang mau nyoba, monggo. Tapi semua kembali ke masing-masing. Soal ampuh tidaknya, soal berhasil tidaknya, itu urusan Allah. Yakin penuh? Setengah yakin? Atau malah ragu-ragu? Semua akan berbanding lurus sama hasilnya.
Sempat juga ada kekhawatiran, gimana kalau ada yang nyalahgunain amalan ini. Tapi akhirnya saya berbaik sangka. Apa yang sudah diketik ini, yang sudah disebar ini, bagian dari taqdir. Nggak mungkin ada kejadian yang salah. Semua sudah ada waktunya. Ada jalannya.
Sebagai tambahan, buat yang mau nambah uji nyali, ada amalan tambahan: Amalan Birhatiihin Kariirin Tatliihin. Ini amalan penguat batin, pengokoh ruhani. Tapi tetap, bukan buat gagah-gagahan.
Dengan ini, berakhirlah catatan tentang Asmak Birhatiyyah tingkat 1 sampai tingkat 6, mencakup 28 tingkatan asmak.
Semua tingkatan ini penting. Tapi tingkat penutupan lebih penting lagi. Karena di sini, pengamal dituntut bukan hanya kuat dalam baca doa, tapi juga kuat dalam menjaga diri, menjaga hati, dan menjaga adab.
Semoga setiap huruf yang dibaca, setiap lafaz yang diucapkan, menjadi jalan kebaikan. Semoga amalan ini tidak jadi sebab kesombongan, tapi justru makin menundukkan kita di hadapan Allah Yang Maha Segalanya.Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.