Hizib Halilintar Andalan Para Pejuang Tempo Dulu

Assalamu'alaikum buat saudara di Testimbahsalim,semoga sehat selalu, rejekinya ngalir deras kayak air di lereng pegunungan, lancar tanpa hambatan! Amin amin yarobal alamin!
Pernahkah saudara bayangkan.di zaman penjajahan dulu, para pejuang kita berangkat ke medan tempur bukan cuma bawa bambu runcing. Mereka bawa sesuatu yang tak kasat mata yang bikin langkah mereka mantap, hati mereka berani, dan nyawa mereka seolah tak gentar diganggu maut!
Namanya: Hizib Halilintar! Ilmu ini bukan sembarang amalan. Bukan ilmu kaleng-kaleng yang bisa dipelajari semalam. Hizib ini dikenal sebagai tameng batin dan serangan kilat yang tak terlihat, namun menghantam telak. Dulu dipakai para pendekar dan pejuang buat jaga diri, juga buat lumpuhkan musuh dari jarak jauh!
Ceritanya begini..para pejuang zaman dulu itu bukan cuma kuat secara fisik. Tapi juga kuat dalam batin. Mereka paham, hidup itu bukan soal berani mati, tapi juga siap hidup untuk memperjuangkan yang benar. Mereka pasrah kepada takdir Tuhan, tapi bukan berarti duduk diam nunggu nasib.
Mereka tetap berikhtiar, karena menjaga diri juga bagian dari ibadah!
Maka tak heran, mereka melatih batin dengan ilmu-ilmu semacam Hizib Halilintar. Ini bukan soal sakti-saktian semata, tapi soal keyakinan dan keteguhan hati. Yang sungguh-sungguh mengamalkan, insyaAllah terlindungi. Yang asal-asalan? Ya… jangan harap hasilnya sama.
“Ya Allah ya Rabbi, dengan hak Hizib Halilintar-Mu, lindungilah aku dari segala marabahaya yang datang dari depan, belakang, kanan, kiri, atas dan bawah.”
Itulah salah satu doa yang menyertai amalan ini.Bagi yang ngerti ilmunya, tiap kalimat di dalamnya bagai petir yang menyambar musuh-musuh yang zalim.Kalau saudara penasaran, jangan buru-buru loncat ke amalan. Pahami dulu ruhnya. Karena ilmu tanpa adab, cuma bikin petaka.Hizib Halilintar bukan buat gagah-gagahan. Tapi untuk benteng jiwa, dan pertahanan hidup seperti para pejuang kita dulu!
Di medan pertempuran dulu, bukan cuma fisik yang diuji. Kecepatan lari, daya hindar, kemampuan menolak serangan gaib semua dipertaruhkan. Para pejuang yang paling ditakuti biasanya menguasai amalan seperti Aji Bayu Bajra. Yang satu ini bisa bikin tubuh melesat cepat seperti angin. Musuh belum sempat ayunkan senjata, si pemilik ilmu sudah menghilang dari pandangan.
Lalu ada Aji Kulhu Sungsang, untuk menolak tenung dan ilmu hitam. Ini bukan mitos, tapi ikhtiar. Termasuk Aji Welut Putih yang dikenal mampu melepaskan diri dari kepungan, licin seperti belut. Tanpa amalan ini, banyak pejuang dulu yang mudah ditangkap, bahkan dihukum mati.
Hukum alam memang berlaku adil. Siapa yang siap, dia yang bertahan. Maka jangan heran kalau para pejuang zaman itu membekali diri dengan berbagai ilmu kesaktian. Sebab mereka tahu, tak cukup hanya punya niat baik. Harus ada daya untuk bertahan dan menyerang jika perlu.
Sekarang, masih relevan kah amalan seperti itu?
Jawabannya, masih. Karena kejahatan bentuknya memang berubah, tapi niat jahat tetap sama. Dulu mungkin ancamannya penjajah bersenjata. Sekarang? Rampokan di jalan, pelecehan di tempat umum, penculikan, bahkan kejahatan yang dilakukan mereka yang punya kuasa.
Seringkali, wajah-wajah kejahatan itu justru muncul dari balik jas rapi dan senyum manis. Dari orang-orang yang pura-pura jadi pemimpin, padahal di baliknya menyedot uang negara dan mempermainkan hukum demi kepentingan pribadi.
Pengalaman saya cukup banyak soal ini. Pernah menyelami kehidupan para pelaku kejahatan jalanan. Bukan untuk menghukum, tapi untuk mendengar. Saya ingin tahu, kenapa mereka memilih jalan itu. Dan di sisi lain, saya juga melihat bagaimana pejabat bermain kotor di ruang ber-AC, dengan dokumen dan tanda tangan yang jadi alat mencuri.
Keduanya sama merusaknya. Sama bahayanya. Maka melindungi diri bukan cuma soal badan, tapi juga batin. Dan di sinilah peran ilmu-ilmu leluhur itu terasa penting.
Kalau niatnya memang baik, jalan tetap ada. Lapar bukan alasan buat mencuri. Susah bukan dalih untuk merampok. Kalau benar-benar kepepet, masih bisa kita minta tolong, bantu cuci piring di warung, bantu angkut barang di pasar, atau sekadar jujur bilang butuh makan. Kadang rasa iba orang jauh lebih ampuh dari pintu besi bank.
Masalahnya bukan tidak ada jalan, tapi kemauan hati untuk memilih jalan itu. Kalau semua serba diukur dengan nafsu, ya memang ujungnya kejahatan. Sama halnya dengan orang yang pengen cepat punya mobil, lalu nekat ngerampok bank. Bukan karena nggak ada pilihan lain, tapi karena nggak mau bersabar dan berikhtiar dengan cara yang halal.
Namun, di satu titik, ada keadaan yang memang beda. Kita tidak sedang mengejar kemewahan, tapi mempertahankan nyawa. Dalam kondisi seperti itu, bertahan bahkan menyerang jadi pilihan satu-satunya. Di sinilah amalan seperti Hizib Halilintar hadir sebagai ikhtiar batin. Sebuah tameng sekaligus senjata.
Khasiatnya pun bukan kaleng-kaleng:
- Musuh bisa gemetar saat dibentak.
- Musuh bisa buta dan tuli seketika.
- Mulut musuh bisa bisu saat kita bicara.
- Mereka tak sanggup menyakiti kita.
- Bisa menghancurkan benda keras seperti batu atau besi.
- Bisa menghancurkan musuh secara nyata.
- Disegani kawan maupun lawan.
- Dapat menaruh simpati dari masyarakat.
- Dapat menghancurkan makhluk halus pengganggu
Inilah amalan olah batin khusus untuk “menyerang” yang diwariskan turun-temurun.Ilmu ini bukan sekadar mantra. Tapi kekuatan spiritual yang kalau dijaga niat dan adabnya, bisa jadi benteng nyata dari niat jahat yang datang tanpa permisi.
Zaman dulu, sebelum peluru ditembakkan, sebelum senjata diacungkan, ada yang lebih dulu dilatih,yaitu batin. Para pejuang tanah air tak hanya mengandalkan otot dan nyali, tapi juga bekal ilmu yang digembleng lewat laku tirakat dan wirid. Salah satunya adalah Hizib Halilintar atau Hizib Barqi. Bukan cuma jadi tameng, tapi juga sebagai ilmu serangan batin yang tajam, menyentak, menghancurkan, bahkan bikin gentar musuh tanpa harus bersuara keras.
Ilmu ini diwariskan turun-temurun, dijaga dan diamalkan oleh mereka yang benar-benar siap menanggung akibatnya karena ilmu ini bukan main-main.
Nah Berikut Amalan Doa Rahasia Hizib Halilintar:
Engkaulah tempat aku berharap, ya Tuhanku dan Tuanku, maka cerai-beraikanlah persatuan musuh jika mereka berniat jahat padaku, dan didihkanlah mereka.
Tata Cara Mengamalkan Hizib Halilintar:
- Puasa ngasrep selama 3 hari ( yaitu puasa makan nasi dan minum airu putih tanpa bumbu apapun).
- Di hari pertama puasa, mandi keramas terlebih dulu.
- Setiap tengah malam, lakukan salat taubat dan salat hajat khusus.
- Lanjutkan dengan wirid hizib sebanyak 77 kali.
- Saat puasa, setelah Maghrib dan Subuh, hizib dibaca 77 kali.
- Setelah puasa selesai, setiap Maghrib dan Subuh baca 7 kali secara istiqomah
Ilmu ini bukan untuk pamer, bukan juga untuk menakut-nakuti. Tapi sebagai pegangan bagi mereka yang ingin menjaga diri dan orang sekitarnya dari niat jahat yang datang diam-diam. Bagi yang sungguh-sungguh, akan terasa manfaatnya. Bagi yang main-main, bisa jadi petaka.
Semoga tulisan ini bisa menambah pemahaman kita semua, terutama tentang betapa kayanya warisan leluhur kita. Bukan cuma soal kekuatan, tapi juga adab dan keberanian menghadapi hidup dengan cara yang benar.Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.