Hizib Ali Radhiallahu Anhu Si Pedang Ilmu dari Langit

Table of Contents
Hizib Ali Radhiallahu Anhu Si Pedang Ilmu dari Langit
Si Senjata Ghaib

Assalamu’alaikum buat saudara di Testimbahsalim,semoga hari-harinya diberi kelancaran, tubuhnya diberi kekuatan, dan batinnya dijaga dari segala tipu daya zaman. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah dan dituntun oleh warisan-warisan cahaya dari para wali dan sahabat Rasul. Amin ya Rabbal ‘alamin!

Kalau bicara tentang keberanian, kekuatan lahir batin, dan kecerdasan ruhani, maka Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah sosok yang tak bisa dipisahkan. Beliau bukan hanya pemuda pertama yang masuk Islam di masa Rasulullah, tapi juga singa medan perang yang dikenal sebagai Asadullahil Ghalib singa Allah yang tak pernah kalah.

Di tangannya bukan hanya pedang Zulfikar yang membelah barisan musuh, tapi juga hikmah, doa-doa, dan dzikir yang menggetarkan hati lawan. Salah satu peninggalan ruhani dari beliau adalah Hizib Ali sebuah doa yang dikenal di kalangan ahli hikmah sebagai pedang gaib ilmu. Bukan pedang besi, tapi pedang batin yang menebas segala bentuk kegelapan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Fadhilah hizib ini dikenal luas sebagai:
  • Penguat mental dan batin di tengah fitnah dan tekanan hidup.
  • Penolak serangan ghaib yang datang diam-diam.
  • Pemberi kewibawaan bagi yang mengamalkan.
  • Penarik karomah dari Allah lewat wasilah keberanian Sayyidina Ali.
  • Meningkatkan keberanian dan keteguhan hati, seperti pedang Zulfikar yang menebas keraguan.
  • Memberi perlindungan langsung dari Allah, terutama bagi yang menjalani hidup dengan tekanan batin, fitnah, atau ancaman dari lawan tak kasat mata.
  • Membangkitkan kesaktian ruhani, bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk bertahan dan membela yang hak.
  • Menangkal serangan ilmu hitam.
  • Menjaga dari niat jahat dan tipu daya ghaib.
  • Meningkatkan keberanian dan keteguhan batin.
  • Memanggil pertolongan langit yang tak terlihat, tapi nyata terasa

Ilmu ini bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk bertahan. Untuk membela diri dari serangan yang tak kasat mata. Untuk menjadikan lidah kita tajam dengan kebenaran, bukan hanya suara.Dan ingat, yang membuat doa ini bekerja bukan karena mulut kita yang membacanya, tapi karena hati yang pasrah dan yakin pada perlindungan Allah.

Bagi yang siap mengamalkan, jagalah adabnya. Luruskan niatnya. Dan biarlah Hizib Ali ini menjadi pendamping langkah, saat kita tak tahu lagi dari arah mana angin jahat itu datang.

Hizib Ali Radhiallahu Anhu: Si Pedang Ilmu yang Menusuk Tanpa Terlihat

Sayyidina Ali bukan hanya dikenal karena keberanian dan ilmunya yang dalam. Tapi juga karena kebiasaan beliau yang tak pernah lepas dari amalan doa, terutama salah satunya yang sangat jarang dibahas oleh orang awam Doa Akasyah.

Doa ini bukan sembarang doa. Ini amalan yang dipegang erat oleh Rasulullah sendiri, lalu diwariskan secara ruhani kepada Ali bin Abi Thalib. Bagi ahli hikmah, doa ini kemudian dihimpun menjadi satu bagian inti yang disebut Hizib Ali. Ada pula yang menyebutnya dengan nama lokal: Aji Petak Sayyidina Ali.

Jangan dibayangkan seperti jampi-jampi atau bacaan keras yang dibaca sambil marah-marah. Justru amalan ini dibaca dengan tenang, tapi daya getarnya menyusup ke dalam jiwa, mengunci niat jahat siapa pun yang mendekat.

Kalau sudah sampai tahap ini, jangan anggap ringan. Karena banyak yang sudah mencoba, dan merasakan bahwa setelah mengamalkannya, tubuh memang tetap di bumi… tapi ruhnya terasa dijaga dari langit.

Inilah sebab kenapa disebut “Si Pedang Ilmu”. Karena ia tak perlu ditebaskan ke depan mata. Cukup diamalkan, maka insyaAllah yang berniat buruk akan mundur tanpa tahu kenapa. Yang tadinya sombong, jadi bungkam. Yang berniat jahat, malah bisa berbalik hati.Dan semua itu bukan karena kita kuat, tapi karena kita punya izin dari langit.

Kalau cuma dibaca lepas tanpa niat dan adab, ya jangan harap hasilnya keluar sepenuhnya. Hizib Ali ini bukan sekadar wirid biasa. Ini bukan zikir yang dibaca sambil lalu. Tapi amalan yang menyambung ruhani ke langit, yang jalurnya diwariskan dari Rasulullah ke Sayyidina Ali, lalu ke para wali dan ahli hikmah.

Salah satu kunci yang sering dilewatkan adalah Doa Akasyah.

Inilah fondasi ruhani sebelum masuk ke Hizib Ali. Banyak yang mengeluh, “Saya sudah wiridan bertahun-tahun, tapi kenapa tidak terasa apa-apa?” Jawabannya sering kali sederhana : Doa Akasyah-nya tidak dibaca. Padahal ini adalah pintu. Kalau pintunya tak dibuka, ya karomahnya gak bisa masuk.

Banyak yang akhirnya hanya wiridkan Hizib Ali 33 atau 100 kali tanpa pembuka ruhani. Wajar kalau hasilnya hanya seperti angin lalu. Karena amalan ini bukan tentang berapa kali dibaca, tapi bagaimana cara menyambungkan hati sebelum memanggil kekuatan ghaib.

Kalau pengamal serius ingin hasil yang lebih kuat, lakukan dengan puasa sunnah.

Tak perlu panjang. Cukup niat, dan jalankan dengan tenang. Dalam puasa, hati jadi bersih, niat jadi lurus, dan lidah kita jadi punya kekuatan lain.Setiap bacaan terasa hidup. Setiap doa terasa menembus. Setiap dzikir terasa ada yang mengiringi.

Jangan buru-buru minta karomah.Fokus saja pada menyatu dengan ruh amalan ini. Biarkan tubuh kita hanya jadi wadah. Biarkan hati yang bekerja. Sebab kalau hizib ini sudah melekat, maka tanpa kita sadar, kita sudah dijaga. Kita sudah disambungkan. Kita sudah dipakaikan pedang ilmu itu yang tidak bisa dilihat, tapi bisa dirasakan orang jahat.

Setelah panjang lebar kita membahas warisan gaib Sayyidina Ali, tibalah di ujung dari ilmu ini. Di mana kekuatan ruhani bertemu dengan keberanian batin. Di mana ucapan bukan cuma jadi kata, tapi pedang tak kasat mata yang memutuskan jalan batil dan membuka pertolongan dari langit.

Inilah amalan Hizib Ali Rodiallah Anhu, atau dikenal juga dengan nama Aji Petak Sayyidina Ali:
Bismillahirrahmanirrahim.
Asadullahil gholib Aliyyubnu Abi Tholib karomallahu wajhah, naadaa Robbahu ‘alaa madh-haril ‘ajaib, tajiduhu fii ‘aunillahi (Yaa Ali 3x).
Laa fataa illa Aliyyun, innallaha ma’anaa yaa Rosulullah, nashrum minallahi wa fathun qoriib.
Washollallahu ‘alaa Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi washohbihi wasallim. ramai.
Artinya (dipermudah untuk awam):
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Singa Allah yang perkasa adalah Ali bin Abi Thalib. Semoga Allah memuliakan wajahnya. Ia memanggil Tuhannya di tengah medan keajaiban. Maka datanglah pertolongan dari Allah. (Yaa Ali 3x). 

Tiada pemuda tangguh selain Ali. Sungguh Allah bersama kami wahai Rasulullah. Pertolongan dari Allah dan kemenangan pun dekat. Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.

Cara mengamalkan:

  • Setelah shalat fardhu, baca doa Akasyah sekali sebagai pembuka ruhani. Lalu wiridkan Hizib Ali sebanyak satu putaran tasbih, 33 atau 100 kali, dengan istiqomah.

Kalau ingin hasil lebih nyata, gabungkan dengan puasa sunnah dan tata cara adab yang benar, karena ini bukan sekadar bacaan biasa, tapi senjata ruhani warisan langit.Ilmu bukan sekadar dibaca, tapi diamalkan dengan hati.

Dan bila ilmu ini kau jaga dengan adab, insyaAllah kaulah penjaga terakhir bagi keluargamu dari mara bahaya yang tak terlihat.Semoga tulisan ini menjadi penerang di tengah gelapnya fitnah zaman.Wabillahit-taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.(mbahsalim).


PROGRAM IJAZAH KITAB ILMU
testimoni mbah salim
testimoni mbah salim
testimoni mbah salim
TESTI EBOOK-ALBUM-DONASI
DOKUMEN PAKET KHUSUS
DOKUMEN PRIBADI
BEST BOOK COLECTION