Hizib Idrisiyyah Sang Penguat Batin Ghaib

Assalamu’alaikum buat Saudara semua di Testimbahmalim,semoga sehat wal afiat, dilancarkan rezeki yang barokah, dijauhkan dari bala yang nggak kelihatan tapi sering nyusup diam-diam.Mbah mau ngajak njenengan duduk sebentar,dengerin sesuatu yang nggak dibahas di televisi, apalagi di tiktok: Hizib Idrisiyyah, ilmu dzikir penguat batin yang sudah mengakar dari dulu.
Ini bukan dzikir biasa. Jamaah Tarekat Al-Idrisiyyah punya kebiasaan wirid ba’da Maghrib sampai Isya, lanjut lagi ba’da Subuh sampai Isyraq. Tapi cara dzikirnya beda. Bukan lirih, tapi nyaring. Pakai suara. Dipadukan dengan shalawat yang terus mengalun, bikin hati bergetar, dada lega, jiwa tenang.
Yang mereka bawa bukan cuma dzikir lepas. Ada kitab panduan khusus, namanya Hadiqatur Riyahin. Kitab ini bukan sembarang tulisan, tapi ringkasan awrad utama pilihan dari Syekh Ahmad bin Idris dan para mursyid tarekat lainnya. Semua dirangkum jadi satu, padat, tapi ruhnya tetap kuat.
Saat dzikir ini dibaca rutin, bathin jadi lebih peka. Jiwa terasa ringan. Kadang tubuh bisa bergetar, bukan karena kerasukan, tapi karena koneksi batin mulai tersambung. Siapa yang hatinya bersih, jiwanya bakal kuat. Yang tadinya takut gelap, jadi berani. Yang tadinya gampang goyah, jadi tenang walau hidup sedang dihantam.
Banyak yang nggak percaya.Tapi buat yang pernah duduk bareng dalam majelisnya, mereka tahu sendiri.Ini dzikir bukan buat gaya. Ini jalan untuk pulang. Pulang ke dalam diri. Pulang ke asal.Dan kalau sudah tersambung, dzikir ini bisa jadi tameng.Tameng batin. Tameng ruhani. Tameng ghaib yang gak bisa dibeli, gak bisa dijual, cuma bisa diwarisi lewat amalan.
Dzikir ini bukan sembarang bacaan. Tapi rangkaian wirid yang disusun oleh para mursyid, dirangkum dalam satu kitab khusus bernama Hadiqatur Riyahin. Isinya padat, tapi langsung ke inti. Dan yang namanya pengamal tarekat Idrisiyyah, punya awrad wajib harian yang jadi dasar penguatan batin mereka.
- Membaca Al-Qur’an 1 juz per hari.
- Istighfar Shaghir 100 kali.
- Dzikir Makhsus 300 kali: Laa ilaaha illallaah Muhammaduur Rasuulullaah fii kulli lamhatin wa nafasin ‘adada maa wasi’ahuu ‘ilmullaah.
- Shalawat Ummiayyah 100 kali."Allahumma shalli 'alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aali Muhammad, kamaa shallaita 'alaa ibraahiima wa 'alaa aali ibraahiim, wabaarik 'alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aali Muhammad, kamaa baarakta 'alaa ibraahiima wa 'alaa aali ibraahiima, innaka hamiidum majiid
- Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali .
- Dzikir Mulkiyyah 100 kali : Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir.
Dzikir ini bukan buat gaya-gayaan. Tapi untuk yang ingin menjaga ketakwaan. Bukan buat yang setengah hati. Karena setiap kalimat dzikir ini bukan cuma huruf,tapi pancaran daya ruhani yang nyambung langsung ke asalnya: Allah.
- Shalat tahajjud yang rutin
- Dan Shalawat Azhimiyyah 70 kali :
Siapa yang istiqomah dalam wirid ini, batinnya bakal tumbuh pelan-pelan. Kayak pohon yang disiram tiap hari, gak kelihatan di awal, tapi akarnya makin kuat. Dan saat badai datang, dia nggak tumbang. Karena kekuatannya bukan di luar. Tapi dari dalam.
Namanya Fahri. Biasa saja, orang kampung. Tapi hidupnya keras. Istri baru hamil, warung kelontongnya bangkrut, dan malam itu dia diancam tiga preman utang piutang. Bukan ditagih, tapi ditungguin di depan rumah dengan parang.
Fahri gak punya ilmu kanuragan. Tapi sejak dia ikut majelis dzikir di desa seberang, dia rutin ngamalke awrad Hizib Idrisiyyah. Satu juz Qur’an tiap hari, dzikir makhsus, shalawat, dan “Laa ilaaha illallaah” yang diulang ribuan kali. Semua dilakoni Fahri bukan buat kebal, tapi buat tenang.
Malam itu, sebelum keluar rumah, Fahri ambil air wudhu. Badannya gemetar. Tapi dzikir di dadanya terus jalan, lirih tapi dalam.Pas pintu dibuka, ketiga preman itu langsung berdiri. Salah satunya geram:
“Keluar lo! Hari ini gue bikin lu nyungsep!”Tapi Fahri gak banyak bicara. Dia pandangi satu-satu wajah mereka. Dalam hati dia cuma baca: “Laa ilaaha illallaah Muhammaduur Rasulullaah fii kulli lamhatin wa nafasin...” tiga kali.
Lalu dia lanjut: “Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum...”seribu kali yang ia biasakan, kini memuncak dalam satu tatapan.
Tiba-tiba angin berhenti. Salah satu dari preman itu langkahnya goyah. Parangnya jatuh. Yang satu mundur pelan. Dan yang satunya yang paling galakdiam. Wajahnya pucat. Matanya berkedut.“Matanya... tatapannya panas! Gak bisa nafas gue, cabut!” teriaknya.
Mereka lari!.Fahri tidak mengejar. Tidak juga membusungkan dada. Dia hanya kembali masuk ke rumah, duduk, dan kembali berdzikir. Di sudut rumah, ada mushaf yang terbuka dan air yang belum habis ia minum.
Tetangganya, Pak Dul, yang ngintip dari balik pagar, cuma geleng-geleng.“Fahri itu lho... gak pernah marah, tapi auranya kayak orang yang diselimuti tentara ghaib.”Sejak malam itu, tak ada lagi yang berani mengganggu Fahri. Dan bukan karena dia punya jurus. Tapi karena dzikir yang dia amalke, menyelimuti rumahnya kayak perisai ghaib.
Hizib Idrisiyyah bukan untuk mereka yang suka jalan pintas. Tapi untuk jiwa-jiwa yang mau menyusuri jalan dalam keheningan. Yang yakin bahwa kekuatan sejati bukan dari teriakan, tapi dari dzikir yang menyatu dengan nafas. Yang pelan, tapi menghujam.Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.(mbahsalim).