Menembus Alam Ghaib dengan Asmak Sunge Rajeh

Nama saya Winarko, usia 45 tahun, tinggal di pinggiran kota Magelang. saya bukan orang pintar, apalagi dukun. tapi sejak muda saya suka tirakat dan belajar hal-hal yang berhubungan dengan ilmu batin. sampai suatu hari saya dipertemukan dengan asmak sunge rajeh.
Tiga malam pertama, tubuh saya panas dingin. bukan karena sakit, tapi seperti ada daya yang bergerak dalam diri. malam keempat, waktu zikir, saya mendadak seperti ditarik ke alam yang berbeda. alam itu tidak kasar seperti dunia, tapi terasa nyata. saya bisa melihat wujud-wujud yang bukan manusia, tapi mereka tidak mengganggu, hanya memandang. dalam hati saya yakin: saya sedang menembus alam ghaib.
Sejak rutin mengamalkan Asmak Sunge Rajeh, banyak perubahan yang saya rasakan. waktu ada kejadian genting saya pernah dikeroyok karena salah paham,satu dari mereka sempat menendang dan memukul pakai kayu. aneh tapi nyata, tubuh saya seperti dilindungi. tak ada luka berarti, dan mereka malah mundur dengan sendirinya seperti ada yang menahan. saya sendiri kaget, tapi bersyukur luar biasa.
Yang paling saya syukuri bukan hanya soal kebal atau bisa lihat alam ghaib. tapi batin saya jadi lebih tenang. saya lebih mudah merasakan energi orang lain, dan bisa membedakan mana niat baik, mana yang jahat. asmak ini seperti lampu dalam hati saya, menerangi jalan hidup dan memberi kekuatan dari dalam.
Awalnya dia tahu A adalah saat ziarah ke makam leluhur di daerah imogiri. di sana, ia bertemu seseorang seorang tua bersorban lusuh tapi matanya tajam seperti menembus. “kalau kau sungguh ingin penjagaan dan ilmu yang terang, amalkan ini,” katanya sambil menulis huruf-huruf di sobekan daun lontar. rupanya itu bagian dari wirid asmak sunge rajeh.
Pak Winarko tak banyak tanya. malam itu juga ia mulai tirakat: puasa mutih, bangun sepertiga malam, dan membaca wirid dengan khusyuk. malam pertama terasa berat, tubuh panas seperti dibakar, telinga berdenging. tapi ia teruskan. malam ketiga, saat dzikir mendalam, tiba-tiba tubuhnya ringan. mata terpejam, tapi ia melihat: ada lorong cahaya, lalu sebuah ruang lapang tempat makhluk-makhluk halus berdiri diam, seakan menunggu. ia tidak takut, justru hati terasa sejuk.
“Sejak itu,” kata Pak Winarko, “saya tahu, saya sudah diberi kunci menembus alam ghaib.” tapi bukan itu yang bikin beliau kagum. suatu hari, di pasar, terjadi keributan. beliau tak sengaja terseret dan jadi sasaran pukulan dari tiga orang. kayu besar sempat diarahkan ke punggungnya. tapi yang terjadi, kayu itu seperti membentur batu besar pemukulnya malah terpental dan kabur.
Banyak yang bilang beliau sakti. Tapi beliau hanya tersenyum. “saya hanya pengamal, bukan pemilik. asmak ini bukan buat sombong, tapi buat penjagaan dan penerang batin,” ucapnya kalem.
Setelah melewati malam-malam panjang dengan wirid asmak sunge rajeh, hidup pak winarko mulai berubah. bukan dalam bentuk harta atau kemewahan, tapi dalam rasa dan kepekaan yang tak bisa dijelaskan. malam itu, tepat malam jumat kliwon, sekitar pukul dua dini hari, ia sedang wirid di surau kecil belakang rumah. angin begitu pelan, tapi suasana terasa berbeda.
Tiba-tiba, matanya terpejam, tapi yang dilihat seperti film berjalan. Ia melihat jalan tanah berkelok dengan kabut tipis. Di ujung jalan itu, ada sebuah pendopo tua dan beberapa sosok berjubah putih berdiri berjajar. Suara dalam hati berkata, “Ini gerbang gaib yang kau cari.”
Tak lama, satu dari sosok itu mendekat dan menyentuh dada pak winarko bukan dengan tangan, tapi seperti pancaran cahaya. sejak saat itu, setiap ia masuk ke tempat yang dianggap “wingit”, ia bisa merasakan keberadaan makhluk halus, bahkan kadang melihat kilasan wujud mereka. tapi anehnya, tidak ada rasa takut. justru batinnya tenang, seolah mereka hanya lewat dan tak mengganggu.
Suatu hari, anak tetangganya kerasukan. orang-orang panik, sudah dipanggil ustaz dan orang pintar tapi tidak mempan. pak winarko hanya duduk, membaca dalam hati asmak sunge rajeh. anak itu berteriak keras lalu jatuh lemas. setelah sadar, ia berkata ada cahaya terang masuk dan makhluk yang menguasainya kabur.
Soal kanuragan, pak winarko tidak pernah pamer. tapi suatu ketika, saat sedang mengantar barang ke pasar malam, ada orang tak dikenal menghampiri dan mencoba merampas dagangannya. salah satu dari mereka memukul dengan balok kayu. tapi aneh, kayu itu patah sendiri. pemukulnya jatuh dan tak bisa berdiri. mereka langsung kabur.
Pak Winarko tak mengejar, hanya diam sambil membetulkan ikat pinggangnya. “Saya tidak sakti, tapi saya dijaga,” katanya lirih.
Ditulis ulang berdasarkan kejadian @2014.