Pendekar Tua dengan Ajian Paldot Jolo Rante

Saudara, di tanah Jawa ini, ada banyak ajian yang diwariskan turun-temurun. tapi dari sekian banyak itu, ada satu yang namanya disebut dengan rasa segan sekaligus hormat: ajian paldot jolo rante.kanuragan tingkat tinggi yang konon bisa menjatuhkan lawan tanpa tersentuh.
Namanya saja sudah berat. Paldot berarti menghantam atau menumbuk, definisi pertamarante adalah rantai,simbol kekuatan yang mengikat dan menghantam dari jarak dekat maupun jauh. Ilmu ini terkenal di kalangan pelestari ilmu kasepuhan karena bukan hanya membuat tubuh kuat, tapi juga memberi getaran wibawa yang bikin gentar orang jahat.
Orang tua dulu bilang, siapa yang menguasai Paldot Jolo Rante, tubuhnya tidak mudah dilukai, bahkan bisa mematahkan serangan musuh hanya dengan getaran tangan. Tapi itu bukan inti sebenarnya. Yang paling ditekankan dalam ilmu ini adalah pengendalian diri dan rasa sabar.
Ajian ini tidak bisa dipelajari asal-asalan. Ia datang lewat laku, tirakat, dan restu dari guru yang memang punya jalur warisan ilmunya. Konon, ajian ini juga disertai “penjaga” dari alam halus, yang akan meninggalkan pengamalnya jika hati mulai kotor.
Kalau saudara mendengar cerita tentang pendekar kampung yang mampu menghadapi tiga orang bersenjata sekaligus tanpa cedera, atau kisah kakek tua yang diam-diam bisa menghentikan kerusuhan hanya dengan menepuk dada jangan-jangan, itu adalah warisan dari Ajian Paldot Jolo Rante.
Namanya Pak Darmo, usianya sudah lebih dari 70 tahun, tinggal di sebuah dusun di perbatasan Ponorogo dan Wonogiri. Tubuhnya tak besar, jalannya pun sudah mulai lambat. Tapi anehnya, tak ada satu pun preman pasar yang berani macam-macam kalau beliau duduk di pojokan kios kopi tiap pagi.
Dulu, waktu muda, Pak Darmo adalah pesilat aktif. Tapi bukan itu yang bikin ia dihormati. Konon, beliau adalah salah satu pewaris Ajian Paldot Jolo Rante dari jalur kasepuhan Gunung Lawu. Cerita itu awalnya cuma bisik-bisik, sampai suatu malam pasar digegerkan oleh keributan.
Tiga orang asing yang katanya sedang “nyoba ilmu” datang buat buat onar. Mereka bawa senjata tajam, mengancam pedagang, bahkan satu dari mereka sempat memukul seorang pemuda hingga jatuh pingsan. Orang-orang panik. Tapi saat Pak Darmo datang, suasana langsung hening.
Setelah itu, Pak Darmo hanya duduk dan melanjutkan minum kopinya. “Ajian bukan buat pamer keangkara murka`an,” katanya. “Kalau nggak bisa menahan amarah, lebih baik jangan nyentuh ajian seperti Paldot Jolo Rante. Bisa jadi senjata makan tuan.”
Ditulis ulang kejadian @2011.