Ujian Ghaib Saat Menggunakan Asmak Sunge Rajeh

Table of Contents
testi asmak sunge rajehUjian Gaib Saat Asmak Diuji 

Beberapa bulan setelah istiqamah mengamalkan Asmak Sunge Rajeh, Pak Winarko merasa batinnya makin peka. Ia bisa tahu saat ada niat buruk dari orang, atau saat tempat yang ia datangi “tidak bersih”. Tapi justru ketika sudah merasa tenang dan mantap, ujian itu datang, bukan dari manusia tapi dari alam gaib.

Malam itu hujan rintik. Sekitar jam tiga dini hari, Pak Winarko sedang wirid di surau. Tiba-tiba ia merasa hawa dingin menusuk bukan dari cuaca, tapi dari arah belakang. saat ia pejamkan mata, bayangan hitam besar datang menghampiri. Matanya merah menyala, posturnya tinggi menjulang. Dalam batin, makhluk itu berkata, “Ilmu yang kau pakai belum sepadan, jangan ganggu wilayah kami!”

Pak Winarko tak gentar. Ia tetap membaca Asmak Sunge Rajeh dalam hati, perlahan tapi mantap. Tapi bukan bacaannya yang membuat makhluk itu mundur melainkan getaran ketenangan dan keyakinan dalam dada. Semakin beliau tenang, bayangan itu mengecil, lalu lenyap seperti kabut tertiup angin.

Beberapa hari kemudian, datang seorang ibu dari desa sebelah. Anaknya kerasukan, sudah dua hari tak sadarkan diri, meracau dengan suara bukan miliknya. Banyak yang angkat tangan. Pak Winarko tidak menawarkan diri, tapi saat diminta tolong, ia hanya duduk dekat anak itu, lalu membaca wirid pelan tanpa menyentuh.

Saat Diminta Mengijazahkan: Ujian Baru Bagi Pak Winarko

Nama Pak Winarko pelan-pelan mulai dikenal, bukan karena beliau cari nama, tapi karena cerita dari mulut ke mulut orang-orang yang pernah merasakan manfaatnya. Banyak yang datang bukan untuk minta disembuhkan, tapi minta diajarkan. “Pak, ijazahkan ke saya. Saya juga ingin punya perlindungan seperti jenengan,” begitu kira-kira permintaan mereka.

Tapi bagi Pak Winarko, mengijazahkan bukan perkara mudah. “Saya ini hanya pengamal, bukan guru besar. Saya takut ilmu ini jadi alat kesombongan,” ujarnya pada suatu malam saat ngobrol dengan seorang kawan dekatnya. Namun malam berikutnya, lewat mimpi, beliau melihat sosok bersorban putih berkata, “Ilmu ini bukan untuk disimpan, tapi untuk dijaga dengan cara dibagikan kepada yang benar-benar siap.”

Mulailah beliau memberi ijazah, tapi dengan syarat: calon pengamal harus puasa mutih tiga hari, shalat tepat waktu, dan berjanji tidak menyalahgunakan. Beliau tidak minta imbalan. “Ilmu ini bukan dagangan, tapi amanah,” katanya.

Beliau juga mengajarkan cara menjaga daya ilmu itu: jangan tinggalkan wirid, jangan lalai dari shalat, dan jangan gunakan untuk menyombongkan diri. “Kalau ilmu ini dipakai buat kesombongan, tenaganya akan hilang perlahan. Tapi kalau untuk membantu, melindungi, dan mendekat kepada Allah, maka ilmunya akan tambah terang,” pesan beliau pada setiap muridnya.

Ditulis ulang berdasarkan kejadian @2014.

PROGRAM IJAZAH KITAB ILMU
testimoni mbah salim
testimoni mbah salim
testimoni mbah salim
TESTI EBOOK-ALBUM-DONASI
DOKUMEN PAKET KHUSUS
DOKUMEN PRIBADI
BEST BOOK COLECTION